Jumat, 14 Agustus 2009

Cara Sederhana untuk Mengkhatamkan Kitab Al-Quran


Tulisan ini lebih menekankan pada aspek ilmiah (scientific) meskipun beberapa dasar yang dipakai adalah ayat Al-Qur'an dan Hadits. Dengan bantuan matematika sederhana (hanya dengan 11 persamaan), penulis berharap Al-Qur'an dapat dikhatamkan dengan waktu yang sistematis dan rapi. Mengkhatamkan (menyelesaikan) Al-Qur'an menjadi sangat penting bagi umat Islam apalagi akan datang bulan Ramadhan yang penuh keberkahan dan pahala beberapa hari lagi. Dasar mengapa Al-Qur'an lebih utama untuk dikhatamkan adalah karena ia menjadi amalan yang paling dicintai oleh Allah SWT berdasarkan hadist H1 (lihat Appendix).

Struktur Kitab Al-Qur'an

Al-Qur'an terdiri atas 114 bagian yang dikenal dengan nama surat. Setiap surat terdiri atas beberapa ayat. Surat terpanjang berisi 286 ayat yaitu surat Al-Baqarah dan surat terpendek hanya memiliki 3 ayat yaitu surat Al-Kautsar. Total jumlah ayat dalam Al-Qur'an mencapai 6236 ayat di mana jumlah ini dapat bervariasi menurut beberapa pendapat, namun bukan disebabkan perbedaan isi melainkan hanya karena perbedaan cara menghitung jumlah ayat. Surat-surat yang panjang biasanya terbagi lagi atas beberapa sub-bagian yang disebut ruku'. Setiap ruku' membahas tema atau topik tertentu [1]. Dalam artikel ini, tanpa bermaksud menyalahi pendapat ulama manapun, penulis mengikuti pendapat bahwa Al-Qur'an terdiri atas 6236 ayat, sehingga kita dapat membuat pernyataan matematika berikut

Al-Quran memiliki 6236 ayat. (1)

Di Indonesia, Al-Qur'an juga biasa dibagi menjadi 30 bagian dengan panjang sama yang dikenal dengan nama juz. Pembagian ini untuk memudahkan mereka yang ingin mengkhatamkan bacaan Al-Qur'an dalam 30 hari (satu bulan). Pembagian lainnya yaitu manzil [1]. Al-Qur'an dibagi menjadi 7 bagian dengan tujuan penyelesaian bacaan dalam 7 hari (satu minggu). Kedua jenis pembagian ini tidak memiliki hubungan dengan pembagian subyek bahasan tertentu. Dengan demikian kita juga memiliki persamaan

Al-Qur'an dibagi menjadi 30 Juz (2)

atau

Al-Qur'an dibagi menjadi 7 manzil. (3)


Kecepatan Membaca

Menurut [1], ditinjau dari segi kebahasaan (etimologi), Al-Qur'an berasal dari bahasa Arab yang berarti "bacaan" atau "sesuatu yang dibaca berulang-ulang". Kata Al-Qur'an adalah bentuk kata benda (masdar) dari kata kerja qara'a yang artinya membaca. Konsep pemakaian kata ini dapat juga dijumpai pada salah satu surat Al-Qur'an sendiri yakni pada ayat 17 dan 18 Surat Al Qiyaamah (lihat Q1 pada Appendix).

Karena pemahaman di atas, membaca Al-Qur'an tidak sama dengan membaca buku lainnya. Untuk Al-Qur'an kita tidak bisa melakukan "membaca cepat" seperti misalnya yang disampaikan dalam [2], bahwa kecepatan rata-rata orang Indonesia dewasa adalah 175-300 kpm. Kpm adalah kata per menit yaitu jumlah kata yang dibaca, dibagi waktu yang dibutuhkan untuk membaca.

Membaca Al-Qur'an begitu istimewa sehingga bagi yang belum mahir mendapat pahala 2 kali lipat dan bagi yang sudah mahir akan bersama para malaikat di akhirat seperti yang disampaikan dalam hadits-hadist H2 dan H3 (lihat appendix):

Oleh karena itu disayangkan jika terhadap Al-Qur'an pun dilakukan "membaca cepat" seperti apa yang kita lakukan pada buku-buku biasa. Namun tidak dapat dipungkiri, bahwa kecepatan membaca Al-Qur'an akan mempengaruhi kecepatan pengkhataman-nya.

Dalam artikel ini, penulis mendefinisikan bahwa kecepatan membaca Al-Qur'an tidak didasarkan pada kpm (kata per menit) maupun apm (ayat per menit), tapi lebih kepada juz per jam, sehingga Al-Qur'an bisa dibaca beserta dengan maknanya karena secara psikologis satuan jam cukup longgar untuk memahami makna ayat dibaca. Dengan demikian kita bisa membuat persamaan matematika sebagai berikut

k = kecepatan membaca Al-Qur'an (juz/jam). (4)

Kesibukan dan Alokasi Waktu Membaca

Kendala utama yang juga merupakan "alasan tradisional" dalam mengkhatamkan Al-Qur'an adalah alasan sibuk. Beberapa kegagalan utama biasanya karena tidak adanya kedisiplinan dalam membaca. Bagimanapun juga, alokasi waktu untuk membaca Al-Qur'an harus direncanakan dalam setiap harian kita. Beberapa cara agar kita dapat disiplin dalam mengalokasikan waktu adalah sebagai berikut [3]:

1. Melatih diri dengan bertahap untuk misalnya dapat tilawah satu juz dalam satu hari. Caranya, misalnya untuk sekali membaca (tanpa berhenti) ditargetkan setengah juz, baik pada waktu pagi ataupun petang hari. Jika sudah dapat memenuhi target, diupayakan ditingkatkan lagi menjadi satu juz untuk sekali membaca.

2. Mengkhususkan waktu tertentu untuk membaca Al-Qur'an yang tidak dapat diganggu gugat (kecuali jika terdapat sebuah urusan yang teramat sangat penting). Hal ini dapat membantu kita untuk senantiasa komitmen membacanya setiap hari. Waktu yang terbaik menurut penulis adalah pada malam hari dan ba'da subuh.

3. Menikmati bacaan yang sedang dilantunkan oleh lisan kita. Lebih baik lagi jika kita memiliki lagu tersendiri yang stabil, yang meringankan lisan kita untuk melantunkannya. Kondisi seperti ini membantu menghilangkan kejenuhan ketika membacanya.

4. Memberikan iqab (hukuman) secara pribadi, jika tidak dapat memenuhi target membaca Al-Qur'an. Misalnya dengan kewajiban infaq, menghafal surat tertentu, dan lain sebagainya, yang disesuaikan dengan kondisi pribadi kita.

5. Diberikan motivasi dalam lingkungan keluarga jika ada salah seorang anggota keluarganya yang mengkhatamkan al-Qur'an, dengan bertasyakuran atau dengan memberikan ucapan selamat dan hadiah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar